Dibalik Tantangan Menulis 30 Hari


Gambar via plimbi.com

Sebagai seorang karyawan yang ga sibuk-sibuk amat, saya berusaha memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya. Diantaranya yaitu dengan membaca buku, dan sekali-kali menulis. Jenis tulisannya masih random, jadi aku hanya menuliskan hal-hal yang memang meggelitik pikiranku saja. 

Dan alhamdulillahnya, ada orang-orang yang dengan giat mengajak dan menantang  untuk menulis selama 30 hari berturut-turut di bulan Ramadhan ini. Aku menemukannya dari postingan seorang teman di sosial media, yang sama-sama tergabung di grup kepenulisan. Awalnya aku ragu, dan sempat menimbang-nimbang untuk ikut, karena takutnya ga bisa konsisten. Tapi setelah di pikir-pikir, sepertinya aku harus mencobanya, karena kalau ga dicoba, gaakan tau bisa dilewati atau nggak. Justru dari situ aku bisa menilai, seberapa kuat sih keinginan untuk menulis? Dan seberapa mampu diriku untuk menulis. 

Aku pun mengikuti tata cara pendaftarannya, dan tegabung di grup Whatsapp. Jadi setiap hari akan diberi 1 kata, dan kita harus membuat tulisan yang mengandung 1 kata itu, minimal jumlahnya 100 kata. Jenis tulisannya bebas. 

Hari pertama kita diberi clue, aku mulai agak bingung harus bagaimana membuat tulisannya. Alhasil untuk merangsang pikiranku berkembang, aku hanya bertanya pada diri sendiri, "kira-kira, yang terbayang olehku ketika mendengar clue tersebut, apa ya? ". Dari situ aku pun bisa menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan. 

Berlanjut ke hari kedua, aku masih bisa melewatinya dengan baik. Namun, ketika beranjak ke hari ketiga, aku mulai sedikit pesimis, karena clue yang digunakan adalah kata yang jarang sekali didengar dan diucapkan dalam keseharian. Akupun sempat berpikir "nyerah aja gitu ya?", jadi kalau sehari kita ga post tulisan itu kita gugur. Namun akhirnya, setelah aku berpikir keras, bisa juga menulis di hari ke-3. 

Tiba dihari ke-6, aku mulai merasa bosan. Mungkin karena yang aku tulis jenisnya itu-itu saja, intisarinya pun rata-rata di ruang lingkup yang sama. Sempat terpikir kembali untuk menyerah, namun akhirnya aku kembali menulis, karena yang aku pikirkan adalah, bagaimanapun hasil akhirnya, yang penting aku nulis dulu aja, kalaupun tulisannya masih gitu-gitu aja, ya gak apa-apa, namanya juga proses, yang penting dibiasakan dulu, karena memang itu tujuan awalnya. 

Lalu akupun berpikir, mungkin aku merasa pikiranku mentok ketika menulis dikarenakan kosa kata yang aku miliki pun sedikit. Hmm.. aku pun menyadari, harusnya sih kalau mau menulis 100 kata setiap hari, minimal harus ada yang aku baca 1000 kata setiap hari. Kalau kaya gitu, kemungkinan untuk menulis 100 kata/hari itu pasti menjadi persoalan yang mudah. 

Dan sekarang adalah hari ke-8, saat aku sedang berpikir untuk membuat tulisan di hari ke-8, aku pun malah terpikir menulis ini 😅. Yaudah jadinya aku nulis ini duluan, karena aku yakin teman-teman yang lain pun pasti ada yang merasakan hal yang sama. Bahkan beberapa ada yang sudah gugur. 

Intinya adalah, ini merupakan sebuah proses. Bagaimana kita dapat mengalahkan rasa malas, dan bagaimana merangsang otak untuk berpikir. Mungkin inspirasinya bisa di dapat dari membaca buku, berbincang-bincang dengan teman, orangtua, dlsb. Dan point-nya adalah, bukan dari seberapa bagus tulisan kita, bukan dari seberapa banyak yang menyukai tulisan kita, namun bagaimana kita berproses menjadi lebih baik lagi dan berusaha menebar manfaat dengan hal paling kecil dan paling mudah sekalipun.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Menyukaimu

Maafkan Aku..

Pertanyaan Menegangkan: What's Your Hobby?