Jarak Itu Tak Ada

Gambar via hipwee.com

Atasan di tempatku bekerja ialah orang yang perfeksionis, maka bisa dipastikan, kalau ada sedikit saja hal yang tidak beliau suka atau tidak sesuai dengan pandangan beliau, pasti akan di kritik panjang lebar.
Pagi itu, aku sedang duduk di kursi sambil memegang hp. Hati dan pikiranku sedang tak karuan, karena selepas di ceramahi oleh atasan kami. Aku bersama partner kerjaku sedang saling menimpali mengenai apa yang telah terjadi, sambil terus  berintrospeksi diri dan mencari solusi.

Tak lama kemudian, ada chat baru di WhatsAppku. Ternyata saat aku lihat chat tersebut dari adikku, dan isinya hanya memanggil "Tehhhhhh" yang artinya kakak kalau di dalam B. Indonesia. Akupun terheran-heran, karena adikku memang terbilang cukup jarang mengirimkan chat kepadaku jika memang tidak berkepentingan, terlebih lagi ini isi chatnya hanya memanggil saja, aku pun hanya bertanya-tanya dalam hati "kira-kira ada apa ya, tumben ngechat, dan isi chatnya pun seperti ini, kaya ada sesuatu" gumamku saat itu.

Kemudian aku pun hanya membalas chat dengan singkat, "Apa?" , karena aku ingin segera mengetahui apa yang akan disampaikan oleh adikku. Lalu adikku pun segera membalas chatnya dan isinya adalah adikku mengeluh dengan kondisinya mengajar karena murid-muridnya bisa di bilang cukup nakal dan sulit diatur. Saat itu pun aku merasakan perasaan yang sama dengan adikku, lalu aku pun sebisa mungkin menasehatinya, awalnya, aku sempat bercandai dia dulu, aku tanya dia "Mau tukeran? Wkwkwk". Namun sebelum adikku membalas, aku cepat-cepat mengetik isi chat yang serius, aku bilang semua juga sama aja, ada ujiannya masing-masing, sok aja bertahan dulu, kalau jam terbang udah banyak mah insya Allah nanti juga dapet tempat yang lebih baik.

Kemudian adikku hanya mengiyakan pendapatku, dan bilang katanya pengen nangis, mungkin adikku merasa tak kuat dengan kondisinya. Aku pun hanya menjawab, sok aja nangis, namun adikku bilang katanya malu sama guru-guru yang lain. Aku pun hanya menyuruh dia untuk beristighfar, namun tak ku sangka adikku malah bilang tambah pengen nangis pas dia beristighfar. Aku pun tak tega dan langsung terbayang kondisi adikku saat itu, lalu aku pun menyarankan dia agar membaca asmaul husna, karena setauku membaca asmaul husna itu ada sambunggannya ke otak dan bisa membuat menjadi lebih tenang. Adikku pun hanya mengiyakan dan berterima kasih.

Dari hal tersebut aku belajar sesuatu, bahwa sebenarnya jarak itu tak ada. Karena pada saat yang sama, aku dan adikku merasakan hal serupa, pasti ada maksud dari Allah kenapa aku dan adikku bisa merasakan hal yang persis sama dan pada saat yang bersamaan pula.

Terkadang, ketika aku merasa hidup begitu berat, aku membayangkan perjuangan Rasulullah SAW pada zaman dahulu, pastilah lebih berat dari ini. Terkadang pula, aku hanya menatap kosong pada arah tembok, sambil berkata dalam hati " Ya Allah.... aku ingin pulang", namun kemudian aku tersadar akan bekalku untuk pulang yang masih sangat sangat sedikit, segera aku menata hatiku saat itu, dan berkata pada diri sendiri kalau aku harus mengumpulkan amal baik yang banyak agar bisa pulang dengan tenang dan bahagia nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Menyukaimu

Maafkan Aku..

Pertanyaan Menegangkan: What's Your Hobby?