Harga Sebuah Waktu

Gambar via www.muslim.or.id

Dulu aku berpikir, bahwa jika ingin sukses itu yang penting usahanya, kalau untuk urusan ibadah itu yang penting yang wajibnya ga ketinggalan, paling sekali-kali lah mengerjakan yang sunah.

Namun hal tersebut berubah ketika aku mulai bekerja di tempat sekarang. Jadi, aku bekerja sebagai Bidan, di tempat Bidan Praktek, sistem kerjanya 4 hari masuk, 2 haru libur, jadi kita tinggal di klinik.  Jam pelayanannya itu gaada batasan.   Semenjak jam 5 subuh setelah solat subuh kita langsung beres-beres, dan kemudian stay di klinik. Kalau untuk pelayanan, tutupnya itu jam 9 malam, dan untuk persalinan itu 24 jam. Bidan seniornya tinggal di rumah yang berbeda di samping klinik. Jadi kalau kami jaga di klinik itu, kalau pas jam solat ya kami gantian, begitupun saat mandi, dlsb. Yang pasti klinik harus ada yang jaga. Yang jaganya itu berdua, jadi ketika yg satu orang solat atau ke toilet, otomatis yang melayani pasien hanya satu orang.

Dengan sistem kerja yang seperti itu, otomatis kondisi pikiran dan ragaku lebih banyak dalam kondisi siaga dibandingkan santainya. Ya meskipun kalau siang hari kerjanya relatif lebih santai karena pasien kebanyakan di sore dan malam hari. Namun dengan keadaan seperti itu aku merasa lebih cepat jenuh dan bosan. Sehingga saat istirahat solat itu benar-benar terasa melegakan hati dan pikiran.

Awalnya, aku hanya mengerjakan solat wajib saja sebagaimana biasanya, karena kasian juga kalau temanku ditinggal lama-lama menunggu klinik sendiri, takutnya ada pasien dan butuh bantuan. Karena kalau jaga klinik sendiri memang terasa olehku suka lebih hectic.

Namun kemudian aku merasa, kayanya rugi banget deh kalau ga solat rowatib, selama raga sehat, bisa bergerak, waktu luang ada, gerakan dan bacaan solat hafal, lalu alasan apa yang membuatku sampai ga solat rowatib? Dan aku pun disitu merasa, iya ya.. berarti selama ini aku rugi banget dong udah melewatkan kesempatan. Lalu pikiranku pun flashback ke masa lalu, dimana aku terbiasa melewati waktu tanpa banyak berbuat hal manfaat. Dan aku merasa, harusnya dulu aku bersyukur sekali karena memiliki waktu luang yang begitu banyak.

Dengan sistem kerja yang seperti itu pun, aku belajar untuk tidak menunda-nunda pekerjaan, karena ya.. sebagaimana kita tau, pasien lahiran itu ga bisa di prediksi, bisa datang kapan aja. Makanya kalau sedang santai, sebisa mungkin aku melakukan hal-hal yang memang seharusnya dilakukan.

Ternyata, beginilah kehidupan, waktu terus berputar, dan tak bisa kembali. Meski hari  berulang, bulan berulang, tanggal berulang, dan jam pun berulang, namun waktu tersebut tetap berbeda dengan waktu yang telah lalu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Menyukaimu

Maafkan Aku..

Pertanyaan Menegangkan: What's Your Hobby?