Kucing Hitam Membawa Pesan

Gambar via publicdmainvectors.org

Di tempat saya bekerja, tepatnya di Bidan Praktik Mandiri (tempat praktik Bidan, agar lebih mudah, saya akan menyebutnya klinik) ada seekor kucing yang hampir selalu ada di klinik. Kucing ini bukan dipelihara, tetapi karena pintu klinik selalu terbuka di saat pagi - jam 9 malam, sehingga kucing ini bebas keluar masuk klinik. Kucing itu berwarna hitam, berjenis kelamin jantan, tetapi anehnya dia sangat manja dan bisa disebut pemalas. Kucing tersebut selalu mendekati pasien, dan selalu mendekati kita (saya dan partner kerja) ketika sedang makan.

Tak jarang dia mengeong-ngeong ketika kita sedang makan. Dan seperti menunggu diberi makan oleh kita.

Pada suatu waktu, teman saya berbaik hati memberi kucing tersebut makanan, saya lupa lebih tepatnya yang diberikan itu apa, entah itu kepala ikan atau daging ayam utuh. Yang pasti, teman saya menggiring kucing itu agar mau ke jalan, agar kucing tersebut tidak diam terus di klinik (sekitar 5-7 meter jarak klinik ke pinggir jalan).

Saya sedang duduk santai ketika itu, dan tidak melihat sejauh mana kucing itu mengikuti teman saya.

Lalu beberapa detik kemudian, teman saya pun kembali ke klinik, menghampiri saya sambil bercerita dengan nada kesal. Teman saya bercerita bahwa kucing tersebut tidak mau mengikutinya ke pinggir jalan, malah berkeliaran di sekitar klinik saja. Lalu makanan yang teman saya bawa itu, dia simpan saja di pinggir jalan, "biarin aja, biar dimakan kucing lain" katanya dengan nada kesal.

Lalu saya pun hanya tertawa dan mengernyitkan dahi, tidak mengerti melihat sikap kucing tersebut. Karena tidak seperti kucing lain yang akan mengikuti arah makanan jika di pancing.

Namun kemudian aku tersadar sesuatu. Ketika saya ingat2 lagi perkataan teman saya tentang makanan itu agar dimakan oleh kucing yang lain.

Entah kenapa, saya merasa kucing tersebut seperti menyindir saya. Karena saya merasa, pada saat itu saya berada di zona nyaman, yang membuat saya sedikit enggan untuk mencari tempat berpindah.

Dalam hal ini yaitu pindah tempat bekerja. Karena di sisi lain saya mengharapkan perubahan nasib, tetapi di sisi lain saya merasa belum siap untuk pindah.

Yang ada di dalam benak saya saat itu adalah "Oohh, mungkin Allah pun seperti itu ya, jangan2 Allah sudah menyiapkan rezeki di suatu tempat, tapi sayanya yang enggan mendatangi, persis seperti sikap kucing itu. Padahal kalau saya mau berusaha sedikit saja, mungkin saya udah dapet tuh. Tapi karena sayanya enggak mau, ya mungkin yang dapetnya orang lain".

Entah darimana, analogi itu hadir secara tiba2 di benak saya. Dan saat itu, seketika saya merasa sangat sedih. Karena sejatinya, saat saya menertawakan sikap kucing itu, sama saja dengan menertawakan diri saya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Menyukaimu

Maafkan Aku..

Pertanyaan Menegangkan: What's Your Hobby?