Nasib Muka Terlihat Baik

Gambar via www.fanpop.com

Ada beberapa orang yang bilang padaku, katanya, muka aku tuh kaya anak kecil, polos, keliatannya baik. Dan itu artinya, muka aku tuh muka-muka yang mudah dibodohi/dimanfaatkan 😅. Mungkin ini bisa menjadi kekurangan sekaligus kelebihan juga buatku. Seperti apa yang aku alami saat kuliah semester 1.

Saat itu sekitar awal tahun 2013, aku kebagian PBL (Praktek Belajar Lapangan) di RSUD Lembang. Tapi karena pasien di RSUD tersebut terbilang sedikit, jadi kita ikut magang juga di Bidan Praktik Mandiri di sekitar situ, yang mana asisten bidannya kerja juga di RSUD Lembang tersebut.

Mahasiswanya giliran berdua-berdua yang ikut magangnya. Dan tiba lah saat aku kebagian magang. Awal masuk ke ruangan, kita ketemu sama asisten bidannya, sebut saja dia Teh Vina (nama samaran), karena baru ketemu pertama kali, kami pun saling berkenalan satu sama lain.

Dan saat itu kami pun ngobrol-ngobrol santai dengan beliau, sampai tiba saatnya Teh Vina bertanya pada kami, "Berarti ini pada kelahiran tahun berapa?" Temanku pun menjawab kelahiran 1994/1993 gitu, aku lupa tepatnya, dan aku pun menjawab aku kelahiran tahun 1995. Teh Vina pun menimpali, "ohh berarti sekarang umur berapa? 18-19 ya? masih pada muda ya, kalau adikku kelahiran tahun 1990, adikku cowok" . Aku pun disitu sedikit curiga, buat apa Teh Vina membandingkan umur kita sama adiknya? Ah, tapi segera ku tepis pikiran yang aneh dan bakalan nyambung kemana-mana.

Saat itu praktik Bidannya buka dari jam 4 sore sampai jam 8 malam, dan kami menginap disana. Setelah solat magrib, Teh Vina bilang sama kami kalau kamar yang disediakan untuk kami itu kasurnya kecil, paling kita tidurnya terpisah, jadi ada salah satu yang tidurnya berdua dengan Teh Vina. Lalu saat itu aku mengajukan diri agar sekamar dengan Teh Vina.

Sempet canggung juga sih tidur berdua sama Teh Vina, tapi aku niatnya pengen ngobrol-ngobrol tentang pekerjaan. Dan tiba lah saat itu, aku dan Teh Vina tidur bersampingan sambil ngobrol-ngobrol (lagi). Dan entah kenapa tiba-tiba Teh Vina berkata sesuatu yang mengejutkanku, Teh Vina nanya sama saya "Udah punya calon belum?" Aku pun menjawab "belum teh", "Kalau dijodohin sama adik aku mau ga? Adik aku kelahiran tahun 90, soalnya zulfa keliatannya baik" katanya menimpali. Spontan aku langsung memikirkan jawaban yang tepat sambil menanggapi di dalam hati "duh, padahal kan aku ga sebaik yang dia kira. Masalahnya, kalau aku udah dinilai baik saat perjumpaan pertama, takutnya ekspektasinya tentang diriku itu besar, dan aku ga mau mengecewakan orang lain, begitupun aku ga nyaman dengan penilaian orang terhadap diriku yang aku rasa memang belum sesuai dengan kenyataan" Lagi pula saat itu aku merasa, masih banyak hal yang perlu dibenahi dari diriku, sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima 'di jodohkan'.

Kemudian setelah beberapa detik berpikir, aku pun menjawab, tanpa ingin tau seperti apa adiknya Teh Vina "emm.. engga teh kayanya", "kenapa engga?" tanya Teh Vina singkat, lalu aku pun menjawab dengan alasan 'klise', "mau fokus dulu kuliah", padahal dalam hati aku bilang 'padahal mah, kuliah juga ga fokus-fokus amat' 😅, dan Teh Vina hanya menanggapi dengan sabar sambil menasehati "iya sih bagus kalau mau fokus kuliah, tapi kalau pun jodohnya dateng lebih cepet dari itu ya ga apa-apa, diterima aja", aku pun hanya menjawab singkat "hmm.. iya sih teh" , sambil berpikir 'salah ga ya aku nolak? Salah ga ya aku ngomong kaya gitu? Teh Vina sakit hati ga ya sama aku digituin? ' dan berbagai spekulasi lainnya yang menandakan aku ga enak hati sama Teh Vina.

Hal ini menjadi bahan renungan bagiku, bahwa orang lain menilai aku seperti 'baik' hanya dari beberapa jam bertemu dan mengobrol. Masalahnya, aku menyadari banyak sekali kekurangan dalam diriku, takutnya, kalau mereka menganggap aku dengan baik versi mereka, sedangkan pada kenyataannya aku tak sebaik itu, akan jadi tuntutan agar aku menjadi baik versi mereka. Dan ga nyaman aja gitu ke aku nya. Tapi aku lega karena seenggaknya aku ga memberikan harapan palsu dengan mengiyakan tawaran di awal dan berfikir 'gimana nanti aja deh'. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi: Menyukaimu

Maafkan Aku..

Pertanyaan Menegangkan: What's Your Hobby?